Landasan Filosofi Pendidikan

1. Pengertian Landasan, Filosofi, dan Pendidikan
       Ada tiga istilah yang terlebih dahulu perlu kita kaji dalam rangka memahami pengertian landasan pendidikan, yaitu istilah landasan, istilah filosofis dan istilah pendidikan. Landasan artinya dasar atau pijakan. Filosofis / Filsafat, berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas suku kata philein / philos yang artinya cinta dan sophos / sophia yang artinya kebijaksanaan, hikmah, ilmu, kebenaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Filosofi / Falsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan dng akal budi mengenai hakikat segala yg ada, sebab, asal, dan hukumnya. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 merupakan usaha sadar & terencana untuk menjadikan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya hingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa landasan filosofis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.

2. Aliran –Aliran dalam Fisafat Pendidikan
Saat kemunculannya yang pertama, filsafat tidak memiliki definisi lain selain sebagai cara atau seni menuju bijak. Dalam konseptualisasi ekstrem,filsafat pada periode pertama saat mulai disadari bahkan tidak, belum memiliki nama apaun,termasuk nama “filsafat”. Dalam bab ini kita membicarakan tentang aliran-aliran pokok dalam filsafat pendidikan,yaitu:

  1. Filsafat Pendidikan Idealisme
Menurut idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh setiap orang apabila orang yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui atau menyesuaikan diri dengan sesuatu yang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai pengalaman emosional yang berupa pemahaman dan perasaan senang tak senang mengenai nilai tersehut. Kecenderungan-kecenderungan pemikiran idealisme ini lebih banyak muncul dan berkembang di belahan dunia barat. Menunut realisme, pengetahuan terbentuk berkat bersatunya stimulus dan tanggapan tententu menjadi satu kesatuan. Sedangkan menurut idealisme, pengetahuan timbul karena adanya hubungan antara dunia kecil dengan dunia besar. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai- nilai yang telah teruji keteguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa. 
  2.Filsafat Pendidikan progresivisme
Lahir di Amerika, akhir abad 19 menjelang awal abad 20. Mula-mula ,istilah ini bersifat  sosiologi guna menyebut gerakan sosial politik di Amerika, ketika proses indrustrialisasi dan urbanisasi menjadi gejala yang begitu pasif. John dewey(1859-1952) adalah satu tokoh yang kerap di pandang menjadi pelopor lahirnya aliran progrevisisme. Sementara Dewey tidak lain adalah filsuf beraliran pragmatisme. Bisa dikatakan bahwa progresivisme sangat di pengaruhi filsafat pragmatisme, yang lebih banyak terpusat pada eksperimentasi eksperimentasi. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kebudayaan. Belajar berfungsi untuk mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks.  Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
  3. Filsafat Pendidikan Esensialisme
Adalah filosofi yang menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan berbagai sektor baik sektor lokal nasional maupun internasional. Hal ini sebagai pertanda bahwa pendidikan di Indonesia harus mampu bersaing secara Internasional. 
  4.Filsafat Pendidikan Perenialisme
Istilah “perenialisme”berasal dari bahasa latin, yaitu dari akar “perenis” atau “perenial” (bahasa inggris) yang berarti tumbuh terus melalui waktu ,hidup terus dari waktu ke waktu atau abadi. Maka, pandangan selalu memercayai mengenai adanya nilai-nila, norma-norma yang bersifat abadi dalam kehidupan ini. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme merupakan aliran filsafat mendasarkan parsatuan, bukan mencerai-beraikan; menemukan persamaan-persamaan, bukan membanding-bandingkan; serta memahami isi, bukan melihat luar atas berbagai aliran dan pemikiran. Dalam pendidikan, kaum perenialis berpandangan bahwa dalam dunia yang tidak menentu dan penuh kekacauan serta membahayakan, seperti yang kita rasakan dewasa ini, tidak ada satupun yang lebih bermanfaat dari pada kepastian tujuan pendidikan, serta kesetabilan dalam perilaku pendidik. 
  5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisasi
Adalah filosofi yang berkeyakinan bahwa pendidikan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitas yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, Pro akan perubahan (kreatif, inovatif dan eksperimenetif), menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat dan kemampuan peserta didik. Dari kata Eksistensalisme, dapat kita simpulkan bahwa filosofi ini didasarkan pada eksistensi peserta didik, semakin tinggi eksistensi siswa dalam proses belajar mengajar maka siswa dianggap mampu mencapai target pendidikan yang direncanakan. Eksistensialisme termasuk filsafat pendatang baru. Eksistensialisasi selalu menjadi pemikiran filsafat yang berupaya untuk agar manusia menjadi dirinya, mengalami individualitas. Eksistensi berarti berdiri sebagai diri sendiri.
  6. Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme
Rekonstruksisme berasal dari kata reconnstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran ini adalah menyusun kembali susunan lama dan membangun tata susunan hidup kehidupan yang bercorak modern. Dengan singkat dapat dikemukakan bahwa aliran Rekontruksionalisme bercita-cita,untuk mewujudkan suatu dunia dimana kedaulatan nasional berada dalam pengayoman atau subordinate dari kedaulatan dan otoritas internasionl. Aliran ini memersepsikan bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah secara demokratis, bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu.
  7. Filsafat Pendidikan Behaviorisme
Behaviorisme atau aliran perilaku (juga disebut perspektif belajar) adalah filosofi dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme, termasuk tindakan, pikiran atau perasaan dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat  bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau konstrak hipotesis seperti pikiran. Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini kemudian berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan serta pengajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.
  8. Filsafat Pendidikan Realisme
Realisme demikian aliran filsafat ini kerap dipandang sebagai sisi keping yang berbeda dari idealisme, hadir menjadi reaksi corak idealisme yang cenderung abstrak dan metafisik. Instrumen utama realisme adalah indra dan terlepas dari asumsi pengetahuan yang di konstruksi akal pikir. Ini menjadi pembeda tegas dengan idealisme yang justru lebih bepegang pada kondisi-kondisi mental akal pikiran.
  9. Filsafat Pendidikan Pragmatisme
    Dewey adalah filsuf beraliran pragmatisme. Bisa dikatakan bahwa progresivisme sangat di pengaruhi filsafat pragmatisme, yang lebih banyak terpusat pada eksperimentasi-eksperimentasi yang berdasarkan investigasi-investigasi ilmiah sains modern yang memandang betapa pengalaman selalu menjadi hal yang pokok dan utama. Dalam gerakan pendidikan ini, sekolah-sekolah menjadi ruang yang benar-benar bebas gejala-gejala indoktrinisasi dan praktik-praktik otoritatif.

DAFTAR PUSTAKA 
1. Mahmuddin
2. Slideshare
3. FITYAN

No comments:

Post a Comment